ZERO to HERO

Banyak orang berpikir bahwa mereka tidak cocok untuk menjadi orang besar. Mereka mengira kalau orang besar itu harus keturunan bangsawan, orang kaya, atau orang terkenal. Padahal jika kita kaji ulang, kita keluar dari perut ibu kita sama-sama tanpa sehelai benang yang melekat pada tubuh. Kita sama-sama mulai dari nol. Jadi apakah nantinya kita akan menjadi orang besar atau orang yang biasa-biasa saja itu tergantung pada cara kita membentuk atau mengolah diri kita sendiri.

Anugerah waktu yang kita miliki dalam hidup ini adalah momentum untuk berprestasi. Jangan sampai sedetikpun waktu kita terlewat begitu saja tanpa kita isi dengan hal-hal yang berarti. Waktu yang terlewat tidak bisa kita putar kembali. Jangan sampai kita menyesal hanya karena menyia-nyiakan waktu. Mumpung kita masih muda, sehat, dan hidup, mari kita gunakan waktu sebagai momentum untuk menghasilkan karya-karya besar.

Setiap prestasi atau kejayaan, pasti tidak luput dari kegagalan. Kita jangan sampai takut dengan kegagalan. Perencanaan yang matang merupakan cara untuk mengantisipasi kegagalan tersebut. Namun kadang kegagalan tetap terjadi meskipun perencanaan kita sudah matang. Hal ini merupakan ujian. Seberapa sering kita jatuh atau gagal tidak menjadi masalah. Hal terpenting adalah seberapa sering kita bangkit setiap kali kita terjatuh. Untuk melakukannya bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan kemauan yang keras dan kesabaran untuk selalu bisa bangkit. Selain itu, kita juga harus mengambil hikmah atau pelajaran dari setiap kegagalan, sehingga kita tidak mengulang kesalahan yang sama pada kesempatan berikutnya.

Hidup ini bisa diibaratkan sebagai pendakian gunung prestasi. Kita berjalan setapak demi setapak untuk mencapai puncak. Tentu saja pendakian kita tersebut tidak mulus begitu saja. Banyak jalan terjal yang harus kita lewati. Dalam pendakian prestasi ini, manusia bisa digolongkan menjadi tiga tipe.
1. Tipe Quitters
Orang ini bertipikal tergesa-gesa, ingin cepat sampai, mudah menyerah, dan takut mengambil resiko. Jika menghadai suatu tantangan, orang ini langsung mundur tanpa mencoba terlebih dahulu. Tentu saja kegagalan lebih sering menghampiri hidup orang ini daripada kesuksesan.
2. Tipe Campers
Orang dengan tipe campers biasanya senang mendaki pada ketinggian tertentu lalu mengakhiri pendakian. Mereka tidak berani untuk mengambil resiko yang lebih besar. Mereka puas dengan apa yang telah diperoleh dan memilih berada dalam zona aman. Tipe ini memang lebih baik dari tipe quitters, namun tipe ini bukanlah pahlawan sejati.
3. Tipe Climbers
Berani mengambil resiko adalah ciri tipe ini. Setiap tantangan yang dihadapi diubah menjadi peluang. Kata menyerah tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Inilah pahlawan sejati. Kesuksesan senantiasa mendampingi hidupnya.
Apapun tipe kita sekarang ini bukanlah suatu masalah. Yang terpenting adalah bagaimana usaha kita untuk menjadi the climber, seorang pahlawan sejati.

Banyak orang besar maupun pemimpin besar berangkat dari seorang pemimpi. Mereka berani untuk bercita-cita menjadi orang besar. Kita pun harus seperti itu. Jika untuk bermimpi menjadi orang besar saja kita tidak berani, bagaimana mungkin kita bisa menjadikannya suatu kenyataan. Cita-cita atau mimpi bisa menjadi sugesti untuk diri kita. Jika kita percaya, insyaAllah kita akan berhasil.

Jika kita sudah memiliki cita-cita atau tujuan hidup, maka otomatis hidup kita akan terarah. Setiap langkah yang kita ambil mempunyai dasar yang jelas. Untuk mencapai tujuan hidup tersebut, kita harus selalu fokus pada kekuatan diri. Kita harus mendahsyatkan potensi diri untuk menjadikannya prestasi besar.

Kembali kita kaji asal muasal kita dari seorang bayi tanpa suatu apapun. Kita berangkat hidup sama-sama dari nol. Kita bisa mengibaratkannya seperti dua batang besi. Besi pertama diolah menjadi mobil, sedangkan besi kedua dibuat cangkul. Nilai kedua besi sekarang menjadi berbeda. Besi pertama jauh lebih berharga daripada besi kedua. Jika kedua besi tadi kita hancurkan lagi, maka akan sama-sama menjadi besi kembali yang bernilai sama. Dari hal itu bisa kita renungkan bahwa kita harus pandai-pandai mengolah diri kita agar menjadi sesuatu yang berharga luar biasa. Beda cara mengolah akan mengakibatkan hasil yang berbeda pula.

Untuk menjadi pahlawan, kita bisa melakukan mapping atau pemetaan diri. Kita tuliskan kelebihan maupun kelemahan kita. Segala aktivitas yang kita lakukan juga perlu didokumentasikan. Jangan anggap coretan tangan tersebut tidak berguna. Suatu saat, kita membutuhkannya untuk dasar melangkah maupun analisa kegagalan kita.

Mendahsyatkan potensi diri untuk meraih prestasi bisa kita lakukan dengan meluarbiasakan diri. Luar biasa di sini berarti bahwa kita berusaha lebih keras dari orang lain. Cara yang kita pakai lain daripada yang lain. Agar menjadi luar biasa, kita tidak hanya berpikir dengan otak, tetapi juga harus melihat dari sisi hati nurani. Orientasi kita juga harus jauh ke depan menembus batas, bukan orientasi sesaat seperti kebanyakan orang. Kita harus melangkah dengan tegar dan bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang tinggi. Semangat pantang menyerah membuat kita tak kenal lelah mengahadapi cobaan. Dan yang perlu diingat bahwa kita juga membutuhkan orang lain. Kita harus bisa bekerja sama dalam tim. Usaha satu tim akan lebih baik dibandingkan dengan usaha satu orang.

Jika kita telah menjadi orang besar, jangan pernah merasa bahwa diri kita besar atau lebih dari orang lain. Kita harus selalu rendah hati. Kita harus selalu berkontribusi kepada masyarakat. Dan yang sangat penting adalah semakin kita menjadi orang besar, maka kita harus semakin dekat dengan Allah SWT.

Ket: Opini + rangkuman dari buku Zero to Hero

0 Comments:

Post a Comment